Sekda Tulungagung Berikan Pesan Khusus saat Hadiri Pameran Bonsai 2025
TULUNGAGUNG (OPTIMIS) – Ratusan bonsai dipamerkan pada acara Pameran Bonsai PBBI 2025 di area wisata kuliner Mbalung Kawok, Desa Sumberejo Kulon, Kecamatan Ngunut, Tulungagung, Sabtu (4/1/2025).
Mengusung tema Jemur Bonsai Bumi Angling Dharma, pameran ini digelar oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Ranting Tulungagung Timur.
Organisasi ini memayungi anggota PPBI wilayah Kecamatan Sumbergempol, Ngunut, Rejotangan, Kalidawir dan Pucanglaban.
Kegiatan pameran pertama ini dibuka Sekda Kabupaten Tulungagung yang juga Ketua PPBI Tulungagung, Tri Hariadi.
“Pemkab Tulungagung mengapresiasi inisiatif PPBI Ranting Tulungagung Timur. Karena bonsai bisa menggerakkan ekonomi,” ujarnya.
Meski hanya pameran lokalan, namun penjurian dilakukan oleh juri dari PPBI pusat.
Lanjut Tri Hariadi, bonsai mempunyai unsur seni sekaligus mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selama ini, bonsai asal Tulungagung banyak dipasarkan sampai di Bali, Semarang, Bandung dan Jakarta.
“Piala presiden kemarin kami juga ada yang ikut bursa. Pasar bonsai sangat luas, tapi selama ini yang besar ada di Bali, Bandung dan Semarang,” ungkapnya.
Bonsai juga mempunyai peluang untuk pasar luar negeri atau ekspor. Saat ini pasar dunia lebih banyak dikuasai oleh produk dari China dan Taiwan. Namun menurut Tri Hariadi, Indonesia yang mempunyai iklim tropis mempunyai lebih beragam jenis pohon dan punya peluang untuk bersaing.
“Ke depan kami berupaya supaya bisa ekspor. Dengan peluang budi daya ditambah ilmu, saya yakin ke depan bisa lebih bersaing,” katanya.
Tri Hariadi berpesan kepada anggotanya agar melakukan budi daya pohon untuk bahan baku bonsai.
Hal ini disampaikan karena sebelumnya banyak perajin bonsai berburu pohon di alam untuk bahan baku bonsai.
Kegiatan yang sering disebut ndongkel ini dianggap punya andil dalam merusak alam, terutama jika dilakukan di kawasan hutan. Dengan budi daya pohon, maka menjadi solusi penyediaan bahan baku tanpa merusak alam.
Saat ini 99 persen produk bonsai Tulungagung sudah menggunakan pohon hasil budi daya.
“Pada akhirnya memang sudah terjadi perubahan pola pikir. Karena mengambil dari alam juga belum tentu hidup, malah merusak lingkungan,” tegasnya.
Tri Hariadi juga menggandeng sejumlah dinas yang bisa diajak kerja sama untuk meningkatkan nilai ekonomi bonsai, mulai Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Pariwisata.
Saat ini ada ratusan perajin bonsai yang terdata dalam keanggotaan PPBI Tulungagung. Namun 1.000 orang lebih yang aktif dalam organisasi tanpa resmi terdaftar sebagai anggota PPBI.
“Karena untuk mengurus kartu tanda anggota harus di pusat. Prosesnya tidak sulit, hanya memerlukan waktu,” pungkas Tri Hariadi.